728 x 90

Special Review: Laut Bercerita

Special Review: Laut Bercerita

Identitas Buku Judul: Laut Bercerita Penulis : Leila S. Chudori Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Oktober 2017 Jumlah Halaman: x + 379 halaman ⭐Rate : 4,6/5 Laut bercerita, sebuah novel yang awalnya kuanggap hanya sebatas novel yang berisi sebuah dongeng belakang. Namun, ternyata aku malah tenggelam dan larut dalam setiap alur

Identitas Buku

Judul: Laut Bercerita

Penulis : Leila S. Chudori

Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Oktober 2017

Jumlah Halaman: x + 379 halaman

⭐Rate : 4,6/5

Laut bercerita, sebuah novel yang awalnya kuanggap hanya sebatas novel yang berisi sebuah dongeng belakang. Namun, ternyata aku malah tenggelam dan larut dalam setiap alur yang ditorehkan sang penulis. Setiap bab yang kulalui, membawaku tenggelam dan ikut merasakan apa yang tengah dialami oleh setiap tokoh dalam cerita ini. Mengambil latar belakang peristiwa kerusuhan tahun 1998, buku ini bercerita tentang perjuangan para aktivis muda dalam menegakkan keadilan di negeri ini.

Seperti judulnya Laut Bercerita, ternyata memang benar-benar laut yang bercerita. Tokoh utama novel ini bernama Biru Laut, seorang mahasiswa Sastra Inggris yang tergabung dalam sebuah organisasi bernama Winatra, sebuah organisasi mahasiswa yang memihak pada kaum kecil seperti buruh dan petani. Dalam organisasi kecil ini, mereka menyuarakan berbagai hal, dengan latar belakang pemerintahan masa Orde Baru. Dalam menyuarakan pendapatnya, perjuangan Laut dan kelompoknya sangatlah tidak mudah. Berbagai rintangan mereka pernah lalui, mereka pernah dicekal dan mereka pernah di tangkap atas tuduhan menentang pemerintah. Dengan segala kegiatan pada organisasi, Winatra yang dianggap menentang pemerintah dan dijadikan sebagai organisasi buronan pada kala itu, Laut dan kelompoknya harus hidup dalam persembunyian.

Biru Laut tidak hanya digambarkan sebagai seorang aktivis muda yang sedang berjuang dalam menegakkan keadilan, tetapi penulis juga mengambarkan seorang Biru Laut sebagai seorang teman, sahabat, kekasih, kakak, dan seorang anak. Dimana dalam masing-masing peran itu, Biru Laut memiliki kisahnya masing-masing.

Alur cerita pada buku ini sendiri digambarkan melalui sudut pandang sepasang kakak-beradik, yaitu Biru Laut sang kakak dan Asmara Jati sang adik. Sudut pandang yang pertama datang dari Biru Laut yang digambarkan ketika ia dan kelompoknya sedang berjuang dalam menyeruakan keadilan. Pada saat ini pembaca digiring untuk ikut merasakan rasanya perih, pedih, dan sakitnya ketika Biru Laut dan kelompoknya mengalami berbagai ketidakadilan dalam menghadapi berbagai penyiksaan secara fisik dan mental yang digambarkan oleh penulis dengan paduan narasi yang luar biasa.

Sedangkan sudut pandang selanjutnya datang dari Asmara Jati sang adik dari Biru Laut. Pada babak ini rasa perih yang dirasakan oleh pembaca tidak lagi rasa perih yang diderita oleh Biru Laut dan kelompoknya yang sedang mengalami penyiksaan, melainkan berasal dari rasa kehilangan yang dirasakan oleh keluarga Biru Laut ketika Biru Laut tidak lagi menampakkan jejaknya kepermukaan.

Cerita di buku ini memang fiksi, tapi rasanya seperti kita memang mengalaminya. Dalam bab Biru Laut, kita diajarkan tentang perjuangan dan pengkhianatan. Lalu pada bab Asmara Jati, kita diajarkan tentang kehilangan dan juga penyangkalan. Bagaimana Asmara Jati, sang adik, mencoba untuk mengajak kedua orangtuanya ‘keluar dari situasi dan menghadapi kenyataan yang ada, bahwa Biru Laut telah hilang dan tak akan pernah kembali.

Cerita dalam buku ini bener-bener bisa membuat kita para pembacanya lalu-lantang seperti ombak di lautan. Satu momen yang paling menguras air mata, ketika para orang tua, adik serta sahabat dari aktivis 98 itu mencari kejelasan tentang keberadaan makam anak-anaknya kesana-kemari. Kehilangan, kesepian dan kekosongan di dada yang sangat menguras habis air mata.

Buku ini tidak hanya menggambarkan tentang perjuangan Biru Laut dan kelompoknya. Tidak hanya menggambarkan perasaan perih yang harus dilalui oleh Asmara Jati, tidak hanya menggambarkan betapa tidak adilnya pemerintah pada kala itu. Buku ini juga menggambarkan bagaimana kehidupan Biru Laut dalam lingkup keluarganya, bagaimana baiknya Biru Laut sebagai seorang kakak bagi Asmara Jati, bagaimana Biru Laut bersikap sebagai seorang anak, bagaimana Biru Laut memperlakukan teman dan sahabatnya, dan bagaimana romantis dan manisnya Biru Laut ketika bersama kekasihnya.

Tentu saja semua kisah Biru Laut harus kalian baca sendiri, saya tidak mau membeberkan sepersen pun bagaimana manisnya Biru Laut. Saya ingin kalian juga merasakan euforia yang saya rasakan ketika membaca bab ini. Jadi, silakan membaca dan katakan kepada saya, seberapa banyak perasaan euforia yang bersarang di hati kalian? Seberapa banyak juga lembar tisu yang kalian habiskan untuk kisah Biru?

Penulis: Nur Dila Fadilah

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos